Dunia e-sport terus mengalami perkembangan pesat di tahun 2025, baik dari segi jumlah penonton maupun kompetisi yang semakin kompetitif. Baru-baru ini, turnamen Valorant Champions Tour (VCT) 2025 menarik perhatian global setelah tim asal Korea Selatan, DRX, berhasil menjuarai grand final dengan mengalahkan tim Amerika Serikat, Sentinels, dalam pertandingan sengit lima map. Keberhasilan ini menandai dominasi tim-tim Asia dalam skena kompetitif Valorant yang sebelumnya didominasi oleh kawasan Eropa dan Amerika.
Tak hanya Valorant, game seperti Mobile Legends: Bang Bang dan PUBG Mobile juga mencatatkan prestasi besar, khususnya dari tim-tim Asia Tenggara. Tim asal Filipina, Blacklist International, kembali menunjukkan taringnya di MLBB Southeast Asia Cup (MSC) 2025, dengan kemenangan telak atas rival lamanya dari Indonesia, ONIC Esports. Pertandingan yang berlangsung di Bangkok itu ditonton jutaan penggemar secara daring dan langsung, membuktikan antusiasme tinggi terhadap e-sport di kawasan ini.
Selain prestasi, industri e-sport juga mencatat peningkatan signifikan dari sisi ekonomi. Pendapatan dari sponsor, penjualan merchandise, hingga hak siar kini menjadi sumber pemasukan utama tim profesional. Banyak perusahaan besar mulai melirik e-sport sebagai platform pemasaran efektif, terutama untuk menjangkau generasi muda. Bahkan beberapa universitas di Asia dan Eropa telah membuka program studi khusus untuk manajemen e-sport dan pengembangan game kompetitif.
Dengan dukungan komunitas yang semakin solid, teknologi siaran yang canggih, dan regenerasi pemain muda yang berbakat, masa depan e-sport terlihat semakin cerah. Turnamen besar seperti The International (Dota 2), League of Legends Worlds, dan Free Fire World Series yang akan digelar akhir tahun ini diprediksi akan memecahkan rekor penonton baru. E-sport kini bukan sekadar hiburan digital, tapi sudah menjadi industri profesional yang diakui secara global.