Industri lomba lari terus menunjukkan pertumbuhan pesat di berbagai belahan dunia. Contohnya, BMW Berlin Marathon tahun ini diperkirakan akan menarik hampir 80.000 peserta dari 160 negara, termasuk pelari reguler, atlet kursi roda, dan handcyclist—menunjukkan bahwa maraton kini semakin inklusif dan global. Peningkatan jumlah peserta internasional dan diversifikasi kategori membuat event lari bukan sekadar kompetisi elite, tetapi juga ajang komunitas besar bagi pelari amatir maupun profesional.
Sementara itu, pelari elite menghadapi tantangan yang makin kompleks—mulai dari kondisi cuaca hingga teknologi bantu. Misalnya, pada World Championship Marathon Tokyo 2025, para atlet memanfaatkan teknologi pendingin seperti rompi es, lengan kompresi, dan headband untuk menghadapi panas ekstrem. Hal ini menunjukkan bahwa semakin penting bukan hanya kecepatan, tetapi juga strategi manajemen kondisi fisik dan lingkungan dalam lomba jarak jauh.
Di sisi lain, terdapat berita menggemparkan seputar regulasi dan kualifikasi. Misalnya, untuk Boston Marathon 2026, panitia mengumumkan persyaratan waktu kualifikasi yang lebih ketat, yang berarti ribuan pelari pendaftar harus menunda ambisinya karena tidak lolos.Keputusan ini berdampak besar terhadap pelari amatir yang memimpikan garis start di salah satu maraton paling bergengsi dunia.
Secara keseluruhan, dinamika olahraga lari saat ini mencerminkan kombinasi antara ekspansi massa, tekanan performa di level elite, dan regulasi yang kian ketat. Bagi penggemar maupun pelari amatir, tren ini menunjukkan bahwa olahraga lari tetap relevan, menantang, dan terus berkembang — baik sebagai aktivitas rekreasi maupun sebagai arena kompetitif tingkat dunia.